Jumat, 14 Oktober 2011

kerukunan beragama di plumbon


KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
ISLAM DAN HINDU
DI DESA PLUMBON KEC. BANGUNTAPAN KAB. BANTUL YOGYAKARTA
Rizal Mahri
Abstraksi
Kelompok Islam dan kelompok Hindu di Desa Plumbon Kec. Banguntapan Kab. Bantul Masing-masing memilki kegiatan yang bermacam-macam. Dari kegiatan tersebut ada kerjasama dalam bidang sosial keagamaan dan dalam bidang sosial kemayarakatan.
Dalam komunitas agama Islam dan Hindu di desa ini di dapati berbagai kerajasama di bidang sosial keagamaan dan di bidang sosial kemasyarakatan. Di bidang sosial keagamaan, terdapat pola kerjasama pada penyelenggaraan hari besar-hari besar agama dan pemangunan tempat-tempat ibadah. Sedangkan di bidang sosial kemasyarakatan berbenruk kerja bakti lingkungan, bakti sosial, dan kerjasama dalam pelaksanaan upacara keluarga.
Key word: Kerjasama, sosial keagamaan, dan sosial kemasyarakatan

                        I.                   PENDAHULUAN
Kerukunan merupakan nilai yang universal, yang dapat ditemukan dalam setiap ajaran agama. Semua agama pada hakikatnya mengajarkan umatnya untuk mawas diri, mengenal dirinya terlebih dahulu, mengenal segala musuh yang ada dalam dirinya. Dengan senantiasa mawas diri, umat beragama akan tetap dapat menjaga saling pengertian dengan umat lain dan benar-benar dapat mengembangkan wawasan kebangsaan, menyadari diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar.[1]
Di samping itu setiap agama mengajarkan pula kepada umatnya untuk mengasihi sesama makhluk hidup dan bersikap positif terhadap alam. Hanya saja agama-agama seringkali dipahami secara sempit oleh pengikutnya dan disertai perasaan curiga yang berlebihan terhadap penganut agama lain. Sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai macam konflik di masyarakat. Sementara itu, sikap fanatisme yang berlebihan di kalangan penganut agama masih sangat dominan, sehingga dapat menimbulkan disharmoni yang merugikan semua pihak, termasuk penganut kelompok agama.[2]
Beberapa kasus ketidakharmonisan yang terjadi hampir semuanya dipicu karena sentimen agama. Seperti menghina ajaran agama, pembakaran tempat ibadah dan sebagainya. Begitu pula berbgai hubungan negatif antara penganut agama satu dengan pegenut agama yang lain juga muncul di berabagai tempat, seperti rasa saling mencurigai dan saling membenci. Oleh sebab itu diperlukan kesadaran umat beragama untuk menumbuhkan sikap toleransi dalam kehidupan beragama. Sikap toleransi ini dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan saling menghormati antara satu dengan yang lain untuk mewujudkan ketentraman dan perdamaian.
Contoh kerukunan yang terjadi di Daerah penelitian ini adalah mengadakan perayaan agama secara bersama, dan para pemuda agama yang berbeda saling menjaga tempat peribadatan mereka apabila terjadi kegiatan perayaan tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk tetap terjalin hubungan yang harmonis antar  umat beragama. Hal ini terlihat pada kegiatan pemerintah mengyelenggarakan musyawarah antarumat beragama, musyawarah intern umat beragama, do’a bersama, dialog antar umat beragama. Demikian pula pemerintah mengeluarkan sejumlah peraturan yang menyangkut penyiaran agama, pendirian tempat ibadah serta bantuan luar negeri. Namun dalam kenyataannya masih sering dijumpai ketegangan-ketegangan sosial di masyarakat yang dapat mengganggu terciptanya kerukunan beragama.
Pengertian kerukunan beramaga adalah terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis serta rukun dan damai diantara sesama umat beragama di Indonesia, yakni antar umat beragama, antar umat yang berlainan agama dan antara umat beragama dengan pemerintah dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatua bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama membagun masyarakat sejahtera lahir dan batin.[3] Dalam penelitian ini kerukunan hidup beragama tidak mencakup pengertian luas, melainkan kerukunan antara penganut agama Islam dan penganut agama Hindu di Desa Plumbon Kec. Banguntapan Kab. Bantul Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang hubungan antara penganut Islam dengan penganut Hindu di Desa Plumbon Kec. Banguntapan Kab. Bantul Yogyakarta. Deskripsi ini meliputi bentuk-bentuk kegiatan kelompok  agama  dan  pola kerjasama umat agama Islam dan umat agama Hindu.
Di Indonesai terdapat pemeluk agama yang beraneka ragam. Apabila para pemeluk agama tersebut terikat oleh suatu ajaran agama tertentu, maka akan terbentuklah kelompok-kelompok keagamaan tertentu. Apabila dalam kehidupan masyarakat terdapat beberapa pemeluk agama yang berlainan, maka akan terbentuklah pola kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda-beda. Terbentuknya kelompok-kelompok ini adakalanya timbul dan berkembang scara alamiyah dan adakalanya karena sengaja dibentuk. Masing-masing kelompok keagamaan ini mempunyai kegiatan yang tidak hanya dalam aspek peribadatan saja, melainkan juga dalam aspek sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik.
Kelompok-kelompok keagamaan itu saling berhubungan satu dengan yang lain, hubungan ini merupakan suatu proses sosial yang di dalamnya terdapat proses hubungan individu dengan indivdu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok untuk mencapai  tujuan tertentu. Hubungan timbal balik tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yang menurut Kimbal Young terdiri dari empat macam, yaitu: kerjasama, persaingan, pertentangan atau pertikaian dan akomodasi.[4]
Kerjasama merupakan bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat persekutuan antara dua orang atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dapat terjadi karena orientasi individu terhadap kelompoknya sendiri atau kelompok lain.[5] Emenurut CH. Cooly kerjasama akan timbul apabila seseorang menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan atau kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan itu.[6] Salah satu bentuk kerjasama yang bersifat tradisional dan sudah melembaga dalam kehidupan masyarakat adalah gotong royong. Aktivitas gotong royong dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni gotong royong menolong dan gotong royong kerja bakti yang keduanya dapat diamati dalam kehidupan masyarakat.[7]
Kerjasama ini akan menimbulkan asimilasi yaitu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha mengurangi  perbedaan yang terdapat pada perorangan atau kelompok manusia dan juga berusaha untuk mempertinggi kesatua tindak, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan  kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama: 1. Kelompok manusia yang berbeda kebudayaan; 2. Orang per orang sebagai warga kelompok-kelompok itu saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama; 3. Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaiakan diri.[8]
Persaingan merupakan merupakan suatu perjuangan sosial yang dilakuakn oleh individu (orang per orang) atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara damai atau tidak dengan kekerasan.[9] Persaingan berpotensi ke arah pertikaian atau pertentangan, namun dapat pula mendorong untuk saling bekerjasama. Persaingan dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni: persaingan antar individu dan persaingan antar kelompok. Persaingan dapat terjadi dalam segala bidang kehidupan antara lain persaingan di bidang ekonomi, kebudayaan, ataupun politik.[10]
Pertentangan merupakan suatu perjuangan sosial yang dilakukan oleh individu (orang per orang) atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan jalan melukai atau mengahancurkan pihak lawan.[11] Menurut Lewis A. Coser pertentangan atau konflik didefinisikan sebagi perjuangan yang bersigfat langsung dan disadari antara individu atau kelompok untuk memperoleh pengakuan status, kekuasaan, dan pengaruh.[12]
Faktor-faktor yang dapat mempertajam terjadinya konflik adalah adanya perbedaan ideologi yang mendasar karena tidak sengan terhadap nilai-nilai kelompok lain, adanya perbedaan kelas, makin meningkatnya mobilitas yang cenderung memaksakan kontak diantara individu-individu dan kelompok-kelompok, dan makin intensifnya perjuangan politik yang cenderung menguburkan keadaan agama dengan kepentingan politik. Adapun faktor-faktor yang meredakannya adalah adanya perassan memiki satu kebudayaan dan adanya toleransi umum yang didasarkan atas relativitas kontekstual yang menganggap nilai-nilai tertentu sesuai dengan konteksnya.[13]
Suatu pertentangan atau pertikaian tidak mungkin berlangsung selama-lamanya sehingga pertentangan itu akan mendapat penyelesaian. Suatu keadaan setelah pertentangan atau pertikaian selesai disebut akomodasi. Pengertian akomodai menunjuk pada suatu kondisi selesainya pertikaian, sedangkan sebagai suatu proses, akomodai menunjuk pada usaha-usaha  untuk mencapai penyelesaian, sehingga terjalin kerjasama yang baik. Dalam hal ini akomodasi mempunyai beberapa bentuk, antara lain kompromi[14], mediasi[15], toleransi[16], dan kursif[17].
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yakni suatu pendekatan yang memusatkan pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kepentingan manusia. Dalam pendekatan ini, yang dianalisis adalah gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan untuk  memperoleh pola-pola yang berlaku. Penelitian ini dimulai pada tanggal 13 Mei 2011 dan dilakuka dengan menggunakan tiga macam teknik, yaitu wawancara, pengamatan, dan telaah dokumen.
Lokasi yang menjadi sasaran penelitin adalah desa Plumbon. Adapaun pemilihan terhadap desa tersebut berdasar pada kriteria sebagai berikut:
a.    Di desa tersebut terdapat komunitas Islam dan Hindu.
b.    Di desa tersebut terdapat tempat peribadatan bagi masing-masing komunitas (Islam dan Hindu).
c.    Kegiatan-kegiatan keagamaan pada komunitas bersangkutan tergolong bervariasi.


                         II.               HASIL PENELITIAN
A.                KEGIATAN KELOMPOK KEAGAMAAN
Dalam makalah ini dikemukakan berbagai macam kegiatan kelompok atau komunitas keagamaan, yaitu kelompok Islam dan kelompok Hindu di desa Plumbon. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan peribadatan, kegiatan sosial keagamaan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
1.         Kegiatan Kelompok Islam
Kegiatan keagamaan kelompok Islam di desa ini, dapat di golongkan menjadi tiga aspek yaitu meliputi kegiatan peribadatan, kegiatan sosial keagamaan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
a.    Kegiatan Peribadatan
Kegiatan peribadatan yang dilakukan oleh kelompok Islam di Plumbon yang bertempat di Masjid Al-Muhtadin beragendakan seperti di bawah ini:
No
Kegiatan
Waktu pelaksanaan
Sifat
1.
Shalat wajib berjama’ah
Setiap hari: 5 waktu
Umum
2.
Shalat jum’at
Jum’at: 12.00-12.30 WIB
Umum
(laki-laki)
3.
Shalat Hari Raya Idhul Fitri dan Syawalan
30 dan 31 Agustus 2011
Umum
4.
Shalat Hari Raya Idhul Adha dan Qurban
6 November 2011
Umum

b.    Kegiatan Sosial Keagamaan
Kegiatan sosial keagamaan yang dilaksnakan di desa Plumbon yang bertempat di Masjid Al-Muhtadin adalah sebagai berikut:
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Sifat
1.
HARIAN



o  Dzikir Rotibul Hadad
Ahad: Ba’da Magrib
Umum

o  Kajian Kitab Mukhtarul Hadits
Selasa: Ba’da Magrib
Umum

o  Kajian Kitab Bulughul Marom
Rabu: Ba’da Magrib
Umum

o  Pembacaan Yasin dan Tahlil
Kamis: Ba’da Magrib
Umum

o  Belajar membaca Al-Qur’an
Jum’at dan Sabtu: Ba’da Magrib
Umum
2.
MINGGUAN



o  Pengajian Ahad  Pagi
Ahad: 06.00-07.00 WIB
Umum

o  Pengajian Bapak-bapak
Senin: 20.00-21.30 WIB
Bapak-bapak

o  Pengajian Ibu-ibu
Kamis: 20.00-21.30 WIB
Ibu-ibu

o  Pengajian Remaja Islam (RISMA)
Jum’at: 20.00-21.30 WIB
Remaja Islam
3.
BULANAN



o  Tahtimul Qur’an
Jum’at ke-2 setiap bulan
Umum

o  Pengumpulan dan pembagian zakat
27, 28, 29 Agustus 2011
Umum

o  Dzikir dan do’a bersama
(Mujahadah)
Setiap malam ke-11 bulan Hijriyah
Umum
4.
PERINGATAN HARI BESAR ISLAM



o  Maulid Nabi Muhammad SAW 1432 H
15 Februari 2011
Umum

o  Isra’ Mi’roj 1432 H
29 Juni 2011
Umum

o  Nisfu Sya’ban
1432 H
16 Juli 2011
Umum

o  Ramadhan 1432 H
1 s/d 29 Agustus 2011
Umum

o  Nuzulu Qur’an 1432 H
17 Agustus 2011
Umum

o  Tahun Baru 1 Muharram 1433 H
27 November 2011
Umum
                     
c.    Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
Kegiatan sosial kemasyarakatan bernuansa keagamaan yang dilakukan oleh kelompok Islam di desa ini sangat bervariasi. Kegiatan tersebut meliputi upacara keluarga kelahiran, khitanan, perkawinan/pernikahan, kematian dan bakti sosial. Pada kegiatan atau upacara kelahiran, khitanan, dan pernikahan, mereka selalu membacakan bacaan tahlil, yasin, dan bacaan barzanji. Berkenaan dengan bakti sosial, takmir Masjid Al-Muhtadin Plumbon bersama kaum muslimin di desa ini telah beberapa kali menyelenggarakan bakti sosial.

Untul lebih jelasnya, di bawah ini terdapat agenda kegiatan sosial kemasyarakatan yang bertempat di Masjid Al-Muhtadin Plumbon, meliputi:
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Sifat
1.
Kerja Bakti Bersama
Minggu pertama setiap bulan
Umum
2.
Akhirus Sanah 2011
25 juni 2011
Madrasah Diniyah
3.
Bazar dan Pentas Seni 2011
Minggu terakhir bulan Juli 2011
Umum
4.
Baksi Sosial 2011
7, 8, 9 November 2011
Remaja Masjid
5.
Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) Al-Muhtadin
Senin-Kamis: 16.00-17.15 WIB
Umum
6.
Taman Pendidikan (TPA)   
Al-Muhtadin
Senin-Kamis: 16.00-17.15 WIB
Umum
7.
Madrasah Diniyah Al-Muhtadin
Senin-Kamis: 16.00-17.15 WIB
Umum
8.
Play Group & TK Al-Muhtadin
Senin-Sabtu: 07.30-09.30 WIB
Umum

2.    Kegiatan Kelompok Hindu
Kegiatan keagamaan kelompok Hindu di Desa ini, juga dapat di golongkan menjadi tiga aspek yaitu meliputi kegiatan peribadatan, kegiatan sosial keagamaan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
a.    Kegiatan Peribadatan
1)   kegiatan peribadatan yang dilakukan umat Hindu di Desa ini meliputi: Ibadah tiga waktu: pagi, siang, dan sore.
2)   Ibadah Purnama Sidi dan Tantara Latri (setiap hari Sabtu dan Minggu).
3)   Ritual Galungan
4)   Ritual Kuningan
5)   Ritual Saras Pati
6)   Ritual Siwa Latri
7)   Dan Hari Raya Nyepi
b.   Kegiatan Sosial Keagamaan
1)   Pembinaan Bapak-bapak (setiap malam Jum’at Kliwon)
2)   Pembinaan Ibu-ibu (setiap Minggu sore)


c.    Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan umat Hindu di Desa ini meliputi:
1)        Kerja Bakti Bersama
2)        Play Group Jagat Nata Banguntapan
3)        Bakti Sosial
4)        Upacara keluarga kelahiran
5)        Upacara khitanan
6)        Upacara perkawinan/pernikahan
7)        Upacara kematian

B.  POLA KERJASAMA
1.    Bentuk Kerjasama
Kerjasama merupakan bentuk sosial yang didalamnya terdapat persekutuan antara orang per-orang atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Data yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan adanya pola kerjasama pada sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Berikut ini dikemukakan pola kerjasama yang terdapat di masyarakat Desa Plumbon, antara kelompok Islam dengan kelompok Hindu dalam bidang tersebut.
a.    Bidang Sosial Kegamaan
Di bidang sosial keagamaan terdapat beberapa bentuk kerja sama yaitu kerjasama pada peringatan Hari Besar Islam, Hari Besar Hindu dan kerjasama pada pembangunan tempat ibadah.
Peringatan Hari Besar Islam
Peringatan Hari Raya Idul Fitri selalu diselenggarakan pada setiap tahun, oleh takmir Masjid Al-Muhtadin Plumbon bersama umat Islam dan umat non Islam termasuk Hindu di seluruh Desa Plumbon. Dalam pelaksanaan halal bi halal untuk memperingati Hari Raya Idul Fitri, para pengurus RW membentuk suatu kepanitiaan agar pelaksanaan berjalan dengan lancar. Peringatan halal bi halal di selenggarakan di gedung Balai Pertemuan. Pada saat menyiapkan perlengkapan tersebut, para      Bapak-bapak dan remaja Hindu ikut berpartisipasi membantu. Halal bi halal dilaksanakan pada pagi hari setelah selesai shalat Id. Di hadiri oleh para muslimin yang terdiri ats para Bapak, Ibu, dan remaja serta warga Hindu yang ada di Desa Plumbon.
Peringatan Hari Besar Hindu
Setiap Hari Besar Hindu, umat Hindu di Desa Plumbon selalu menyelengarakan ritual Nyepi. Di samping mereka merayakan di Pura dengan mengarak “Ogo-ogo (sejenis patung yang terbuat dari kain dan gabus)” sepanjang desa pada malam hari raya Nyepi, mereka juga merayakannya di rumah masing-masing. Pada perayaan tersebut para umat Hindu memberi selamat kepada umat yang lain, begitu juga dengan umat muslimin juga ikut dalam perayaan tersebut untuk berbagi kebahagiaan.
Pembangunan Tempat Ibadah
Kerjasama dalam rangka membangun tempat ibadah, pernah pula dilaksanakan antara kelompok Islam dan Hindu di desa ini. Pembangunan tempat ibadah ini berupa pembangunan masjid. Pada 19 Juni 1988, umat muslimin sedang mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Muhtadin Plumbon. Para Bapak-bapak dan remaja Hindu ikut berpartisipasi dalam pembangunan tersebut dengan ikut memberikan jasa tenaga dalam pembangunan masjid tersebut.
b.     Sosial Kemasyarakatan
Pada masyarakat Plumbon, selain terdapat kerjasama di bidang sosial keagamaan, terdapat pula kerjasama di bidang sosial kemasyarakatan yang dilakuakn antara kelompok Islam dan kelompok Hindu. Kerjasama di bidang ini meliputi kerja bakti lingkungan, kerja bakti di tempat ibadah, bakti sosial, dan dalam upacara keluarga.
2.    Faktor Penyebab Kerjasama
Berbagai kerjasama baik di bidang sosial keagamaan maupun di bidang sosial kemasyarakatan telah ada pada kehidupan masyarakat di desa plumbon. Menurut beberapa informasi dari beberapa narasumber, sesuatu yang menadasari terjadinya kerjasama yang baik tersebut antara lain adalah faktor ajaran agama dan kesamaan budaya nasional.
Dan untuk memperkuat keakuratan isi dari makalah ini tentang kerukunan umat beragama di Desa Plumbon Kec. Banguntapan Kab. Bantul, maka saya sertakan beberapa narasumber yang telah membanu saya dalam penelitan ini, yaitu:
1.    Dari pihak Islam: Bapak Miftakhul Khoir (Ta’mir Masjid Al-Muhtadin Plumbon)
2.    Dari pihak Hindu :  Bapak Akir Murti Adi Wiyono (Wasi)

                           III.          PENUTUP
Kelompok Islam menyelenggarakan beberapa kegiatan yang dikelompokkan dalam tiga jenis kegiatan, yaitu kegiatan peribadatan, kegiatan sosial keagamaan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan bernuansa keagamaan. Kegiatan peribadatan yang diselenggrakan mencakup: shalat wajib harian, shalat Jum’at, shalat Dua Hari Raya (Idhul Fitri dan Idhul Adha) dan lain sebagainya. Kegiatan sosial keagamaan yang diselenggarakan meliputi: Harian (Dzikir Rotibul Hadad, Kajian Kitab Mukhtarul Hadits, Kajian Kitab Bulughul Marom, Pembacaan Yasin dan Tahlil, dan Belajar membaca Al-Qur’an), Mingguan (Pengajian Ahad  Pagi, Pengajian Bapak-bapak, Pengajian Ibu-ibu, dan Pengajian Remaja Islam (RISMA)), Bulanan (Tahtimul Qur’an, Pengumpulan dan pembagian zakat, Dzikir dan do’a bersama (Mujahadah)), dan Peringatan Hari Besar Islam  meliputi: Maulid Nabi Muhammad SAW 1432 H, Isra’ Mi’roj 1432 H, Nisfu Sya’ban 1432 H, Ramadhan 1432 H, Nuzulu Qur’an 1432 H, dan Tahun Baru 1 Muharram 1433 H. Sedangkan kegiatan sosial kemasyarakatan yang diselenggarakan antara lain: Kerja Bakti Bersama, Akhirus Sanah 2011 (madrasah Diniyah), Bazar dan Pentas Seni 2011, Baksi Sosial 2011 (RISMA), Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) Al-Muhtadin, Taman Pendidikan (TPA) Al-Muhtadin, Madrasah Diniyah Al-Muhtadin, dan Play  Group/TK Al-Muhtadin.
Sedangkan kelompok hindu juga menyelenggarakan beberapa kegiatan yang dikelompokkan dalam tiga jenis kegiatan, yaitu kegiatan peribadatan, meliputi: Ibadah tiga waktu: pagi, siang, dan sore, Ibadah Purnama Sidi dan Tantara Latri (setiap hari Sabtu dan Minggu), Ritual Galungan, Ritual Kuningan, Ritual Saras PatiRitual siwa latri dan Hari Raya Nyepi). Kegiatan sosial keagamaan meliputi: pembinaan      Bapak-bapak (setiap malam Jum’at Kliwon) dan pembinaan Ibu-ibu (setiap Minggu sore). Dan kegiatan sosial kemasyarakatan bernuansa keagamaan meliputi: Kerja Bakti Bersama, Play Group Jagat Nata Banguntapan, Bakti Sosial, upacara keluarga kelahiran, upacara  khitanan, upacara perkawinan/pernikahan, dan upacara kematian.
Dalam komunitas agama Islam dan Hindu di desa ini di dapati berbagai kerajasama di bidang sosial keagamaan dan di bidang sosial kemasyarakatan. Di bidang sosial keagamaan, terdapat pola kerjasama pada penyelenggaraan hari besar-hari besar agama dan pemangunan tempat-tempat ibadah. Sedangkan di bidang sosial kemasyarakatan berbenruk kerja bakti lingkungan, bakti sosial, dan kerjasama dalam pelaksanaan upacara keluarga.









[1][1] Ida Bagus Darmika, Kurikulum Umat Beragama, Studi Kasus di Subak Air Sumbul Bali dalam Bingkai Sosial Kultural, seri 2, 1997/1998, Badan Litbang Agama Jakarta, Hal. 43
[2] Victor.Y.T, Tanja, M. Th. Ph.d, Pluralisme Agama dan Problem Sosial, 1998, Penerbit Pustaka Cidesindo, Jakarta, Hal. xx
[3] Kimbal Young, Social Kultures Prceses, Dalam Setangkai Bunga Sosiologi, oleh Selo Sumarjan, dan Sulaiman Sumardi, 1964, Penerbit Fakultas Ekonomi, UI, Hal. 190
[4] Ibid, Hal. 206
[5] Ibid, Hal. 207
[6] Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Jakarta: Rajawali Press, Hal. 110
[7] Kibal Young, Op cit, hal. 216
[8][8] Kibal Young, Op cit, Hal, 192
[9][9] Soleman B. Taneko, Op cit, Hal. 21
[10] Kimbal Young, Op cit, Hal. 193
[11] Lewis A. Coser, The Function Off Social Conflic, Dalam Konflik dan Integrasi oleh AF Saifudin, MA, Jakarta:L. Rajawali Press, Hal. 7
[12] Clifford Geetrz, Konflik dan Integrasi dalam Agama, Analisa dan Interpelasi Sosiologis, oleh Roland Robertson, terj. AF. Saifudin Press, Jakarta, Hal. 207
[13] Kimbal Young, Op cit, Hal. 210-213
[14]Kompromi merupakan  suatu penyelesaian konflik dimana masing-masing pihak yang terlibat saling mengurangi tumntutan-tuntutannya.
[15] Mediasi merupakan suatu penyelesaian konflik dengan cara mengundang pihak ketiga yang netral yang berusaha membawa penyelesaian secara damai.
[16] Toleransi merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa menggunakan perstujuan yang formal.
[17] Kursif merupakan bentuk akomodasi yang prosesnya ditentukan dengan cara memaksa yang biasanya salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah.

Tidak ada komentar: