Senin, 06 Juni 2011


MAKALAH AL-HADITS
PEMBAGIAN HADITS BERDASARKAN KUALITAS DAN KUANTITAS HADITS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliyah Al-Hadits
Dosen Pengampu:
H. Hasan Baihaqi AF, Drs, M. PD.




logo-uin-suka-baru-warna.jpg

Disusun Oleh :
Rizal Mahri                 [10210102]    




JURUSAN KOMUMIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

ﺑﺴﻢﺍﻟﻟﻪﺍﻟﺭﺤﻤﻦﺍﻠﺭﺤﯿﻢ

            Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Puji syukur kepada Allah SWT  karena atas izin dan karunia-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis hantarkan kepada junjungan alam, Nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kebdohan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
                Rasa terima kasih penulis haturkan kepada ibu Pembimbing yang telah membimbing kami sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Hadits”
            Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kelemahan dan kekurangan,oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.                                                  
Wssalamu’alaikum Wr. Wb.                                                               

Yogyakarta, 4 Juni 2011


Penyusun





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang................................................................................................ 1
B.  Rumusan Masalah............................................................................................ 2
C.  Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
D.  Kegunaan Penulisan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pembagian Hadits……................................................................................... 3
1.      Berdasarkan Kualitas................................................................................ 3
2.      Berdsarkan Kuantitas................................................................................ 8
B.     Status Kehujjahan Hadits…............................................................................ 14
PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................................... 16
B.     Saran………................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.         LATAR BELAKANG
Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah, baik aktifitas maupun ketetapan dalam Islam, hadits merupakan sumber rujukan hukum ke-2 setelah Al-Qur’an. Ulama sepakat dalam hal ini, dia merupakan takhsis bagi yang ‘am, taqyid bagi yang telah dijelaskan pada Al-Qur’an . Seseorang tidak akan dapat menjalankan Islam dengan sempurna tanpa mengikutsertakan hadits sebagai pedoman.
Contoh sederhana yang lazim kita temui adalah mengenai sholat. Seseorang tidak akan pernah bisa melaksanakan sholat jika ia hanya mempedomani Al-Qur’an Mengingat hadits sebagai pedoman yang memegang peranan penting dalam kelangsungan kehidupan Isklam. Maka perlulah diteliti otentivitas hadits tersebut, mengapa?
Karena tidak ada jaminan keaslian bagi hadits yang simpati kepada kita sekarang. Hal ini dilatar belakangi larangan menulis hadits dizaman rasul, yang didorong rasa khawatir akan bercampurnya Al-Qur’an Faktor berikut adalah, lamanya masa kodifikasi hadits dan banyaknya terjadi pemalsuan hadits pada masa sahabat yang didorong oleh kepentingannn pribadi maupun golongan yang berlandaskan modus politik.
Para ulama terdahulu telah merintis proses penelitian hadits, apakah suatu hadits dapat diamalkan atau tidak.
Penelitian tersebut meliputi aspek matan maupun sanad. Mereka dengan tekunnya telah memformulasi kaidah-kaidah penelitian hadits seperti jarah ta’dil tersebut.
Pada dasarnya penelitian hadits mempunyai dua sudut pandang, dari segi kualitas dan kuantitas. Dari segi kuantitas, objek penelitian adalah jumlah perawi yang ada pada tingkat sanad, penelitian tersebut telah menghasilkan klasifikasi hadits menjadi mutawatir dan ahad.
Sementara dari segi kualitas, yang menjadi objek penelitian adalah aspek personaliti dan intelektual seorang perawi. Karena kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kulaitas suatu hadits.
Matan hadits sendiri juga menjadi objek bagian yang sangat penting, karena inilah kandungan dan informasi yang disampaikan oleh hadits. Dari segi kulaitas ini, para ulama terdahulu telah mengelompokkan hadits menjadi hasan dan maudhu’.
B.          RUMUSAN MASALAH
Rumusan dalam makalah ini adalah:
a.       Menjelaskan tentang pembagian hadits berdasarkan kualitas dan kuantitas hadits.
b.      Menjelaskan tentang kehujjahan suatu hadits.
C.         TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.  Untuk memenuhi tugas mata kuliyah Al-Hadits.
b.  Untuk mengetahui pembagian hadits berdasarkan kualitas dan kuatitas hadits.
c.  Untuk mengetahui tentang kehujjahan suatu hadits.
D.         KEGUNAAN PENULISAN
Kegunaan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khusunya.














BAB II
PEMBAHASAN

A.       PEMBAGIAN HADITS
1.      BERDASARKAN KUALITAS (SANAD DAN MATAN HADITS)
Penentuan tinggi rendahnya tingkatan suatu hadits bergantung kepada tiga hal, yaitu jumlah rawi, keadaan (kualitas) rawi, dan keadaan matan. Ketiga hal tersebut menentukan tinggi rendahnya hadits. Bila dua buah hadits menetukan keadaan rawi dan keadaan matan yang sama, maka hadits yang diriwayatkan oleh dua orang rawi lebih tinggi tingkatannya dari hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi; dan hadits yang diriwayatkan oleh tiga oang rawi lebih tinggi tingkatannya dari pada hadits yang diriwayatkan oleh dua orang rawi.[1]
Jika dua buah hadits memiliki keadaan matan jumlah rawi (sanad) yang sama, maka hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang kuat ingatannya, lebih tinggi tingkatannya dari pada hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah tingkatannya, dan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih tinggi tingkatannya dari pada hadits yang diriwayatkan oleh rawi pendusta.
Para ulama’ membagi hadits berdasarkan kualitasnya menjadi tiga, yaitu:
a.      Hadits Shahih
Hadits shahih menurut bahasa berarti hadits yang bersih dari cacat, hadits yang benar berasal dari Rasulullah SAW. Sedangkan menurut istilah hadits shahih adalah hadits yang bersambung, sanadnya dinukilkan oleh perawi yang adil, kuat hafalannya, tidak cacat dan tidak tercela.
1)      Kriteria Hadits Shahih
Suatu hadits dapat dikatakan shahih apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a)      Mengenai Sanad
§  Senua rawi dalam sanad haruslah bersifat adil yakni:
o   Taat pada Allah dan Rasulnya serta menjahui perbuatan yang maksiat.
o   Menjahui dosa kecil yang dapat merendahkan martabat dirinya.
o   Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan penyesalan
§  Rawinya bersifat dzabit (kuat hafalannya)
§  Sanadnya bersambung
§  Tidak rancu (syad)[2]
§  Tidak cacat.
Yang dimaksud dengan cacat disini adalah terbebas dari cacat-cacat keshahihan pada sanad seperti pemalsuan hadits.
b)      Mengenai Matan
§  Isinya tidak bertentangan dengan ayat Al-Qur’an ataupun hadits mutawatir.
§  Pengertian dalam matan tidak bertentangan dengan pendapat yang disepakati (ijma’) ulama’, atau tidak bertentangan dengan keterangan ilmiyah yang kebenarannya dapat dipastikan secara sepakat oleh para ilmuan.
2)      Macam-Macam Hadits Shahih
Hadits shahih dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a)      Hadits Shahih Li Dzatih
                  Hadits shahih li dzatih adalah hadits shahih yang memenuhi secara lengkap syarat-syarat hadits shahih.
b)      Hadits Shahih Li Ghairi
            Hadits shahih li ghairi adalah hadits di bawah tingkatan shahih yang menjadi hadits shahih karena diperkuat oleh hadits-hadits yang lain. Sekiranya hadits yang memperkuat itu tidak ada, maka hadits tersebut hanya berada pada tingkatan hadits hasan.
b.      Hadits Hasan