Minggu, 23 September 2012

Da’i Berbasis Keulamaan dan Intelektualitas yang dibutuhkan oleh Umat pada Zaman Sekarang


Globalisasi dan modernisasi, di samping telah membawa berkah kemajuan, diakui pula telah menimbulkan krisis zaman modern yang hal itu dapat dilihat dari bebagai persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kehidupan umat manusia. Manusia di zaman ini telah menghadapi berbagai krisis atau penyakit secara multidimensional baik aspek fisik, psikis, sosial, ekonomi, maupun spiritual/keagamaan. Zaman sekarang juga menuntut adanya sebuah hal yang serba konkrit, logis, dan pasti (kebudayaan neoteknik) dalam semua hal termasuk bidang keagamaan. Hal ini tentunya akan menjadi masalah baru apabila manusia tidak mendapatkan jawaban logis, konkrit dan pasti dari agama.
Dalam masalah agama para umat di dunia membutuhkan jawaban atas permasalahan yang dialami dalam kesehariaannya, tentunya ini berhubungan dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan dengan  sesama manusia (hablum minannas). Di dalam menjawab permasalahan yang begitu kompleks yang berhubungan dengan keagamaan  maka harus ada sebuah alat perantara di dalam pelaksanaannya. Hal ini tentunya dakwah yang menjadi alat perantaranya. Dakwah dikatakan sebagai ujung tombak agama Islam dalam menyebarkan pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qu’an dan Hadits.
Di dalam masalah dakwah zaman sekarang, mad’u (penerima dakwah)  menuntut adanya hal yang konkrit, logis, dan pasti seperti apa yang telah dipaparkan di atas dalam masalah yang berkenaan dengan masalah spiritual/keagamaan. Hal ini tentunya menjadi tantangan besar dalam bidang dakwah khususnya bagi para pembawa risalah Islam (da’i /penyampai dakwah). Da’i dituntut untuk dapat mensyiarkan Islam secara maksimal sesuai dengan kebutuhan manusia dan perkembangan zaman. Hal ini tentunya membutuhkan formulasi baru yang harus dikuasai oleh para da’i sebagai wujud perkembangan dinamika dakwah Islam. Hemat penulis, formulasi baru yang harus dikuasai oleh para da’i adalah penguasaan ilmu agama/ keulamaan yang meliputi tiga hal, yaitu aqidah, syari’ah, dan akhlaq yang dipadukan dengan intelektualitas .
Da’i yang berbasis keulamaan dan intelektualitas adalah da’i yang memiliki pemahaman keagamaan dan disiplin ilmu lain yang mendalam dan rasional serta mampu mentransformasikan Islam menjadi agama yang aktif, bukan agama yang pasif. Da’i yang seperti ini adalah sosok da’i yang mengarap “proyek” besar dalam situasi masyarakat seperti sekarang ini, di mana para da’i memiliki cara pandang dan cita-cita yang sama untuk menggerakkan revolusi dengan ideologi Islam dan pengetahuan ilmiah. Lihat saja para tokoh Islam yang memilkiki pengtehuan agama luas juga intelektualitas yang tinggi seperti para ulama’ Iran, Murtadha Muthahhari, Ali Syari’ati, dan Bani Shadr. Mereka menggunakan “senjata intelektual” sebagai penguat dalam melakukan dakwahnya khususnya dalam menghadapi sistem-sistem dan ideologi global.
Dua hal tadi (keulamaan dan intelektualitas) apabila dapat dimiliki oleh para da’i tentunya akan lebih maksimal dalam mentransformasikan pesan Ilahi kepada mad’u.  Penyampaian pesan-pesan agama atau fatwa dapat disalurkan secara lebih mendalam kepada mad’u. Dengan dibumbui dengan bukti riil/ilmiah yang merupakan output dari intelektual, maka penyampaian yang dilakukan dapat berjalan lebih matang dan sesuai dengan harapan masyarakat sekarang yang lebih mengedapankan kelogisan, kepastian dan kekonkritan akan suatu hukum.
Masyarakat zaman sekarang akan lebih menerima fatwa para da’i apabila diiringi dengan pernyataan atau bukti ilmiah, yang juga menjadi ciri khas masyarakat intelek. Oleh karena itu, disini sebenarnya apa yang menjadi kunci keberhasilan dalam berdakwah dilihat dari perspektif da’i. Da’i dituntut untuk dapat mengkombinasikan ilmu-ilmu keulamaan dengan intelektual, mewujudkan dasar-dasar intelektual ke dalam analisis sosial qur’ani, mampu mengaktualisasikan pada realitas objektif dan mampu memanifestasikan amal secara efektif.
Dengan demikian, para punggawa amar ma’ruf nahi munkar dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan memadukan antara ilmu keagamaan dan beberapa disiplin ilmu lain yang bersifat ilmiah yang berkenaan dengan dakwah yang akan disampaikan. Dengan adanya perpaduan antara keulamaan dan intelektualitas yang dimiliki oleh para da’i, diharapkan eksistensi Islam di dunia tidak akan pudar bahkan menjadi lebih eksis dan berwarna serta terdepan dalam penegakkan nilai-nilai Islam. Juga memberikan makna pada perkembangan Islam yang lebih luas dan memberikan kearifan kepada umat secara keseluruhan.

Tidak ada komentar: